Langsung ke konten utama

Tipe-Tipe Konseling dan Psikoterapi

Halo readers, kali ini writer akan membahas tentang apa aja sih tipe-tipe konseling dan psikoterapi itu. Nah jadi, banyak sekali tipe-tipe konseling dan psikoterapi yang dapat digunakan konselor dan juga terapis untuk melakukan proses konseling dan psikoterapi baik itu secara individual ataupun kelompok. Mari kita bahas dibawah:

Menurut Pietrofesa dkk (1978) yang dikutip oleh Mappiare (2004) tipe konseling dapat dibedakan:

1.    Konseling Krisis

Berdasarkan sifat situasi krisis, konselor menerima situasi dan menciptakan keseimbangan pribadi dan penguasaan diri, konselor menunjukkan sikap dasar yang meyakinkan seperti dapat meredakan kecemasan, dan menunjukkan tanggung jawabnya kepada klien melalui dukungan dan ekspresi pengharapan terhadap klien. Selain itu konselor juga memberikan intervensi langsung, dukungan, dan konseling individual ke klinik atau lembaga yang layak.

2.    Konseling Fasilitatif

Proses membantu klien menjadikan jelas permasalahannya, bantuan dalam pemahaman, dan penerimaan diri, penemuan rencana tindakan dalam mengatasi masalah dan melaksanakan semua itu dengan tanggung jawab sendiri.

3.    Konseling Preventif

Konselor dapat menyajikan informasi kepada suatu kelompok atau membantu individu mengarahkan program-program pencegahan suatu penyakit. Aktifitas yang dilakukan konselor adalah pemberian informasi, konseling individu berdasarkan isi dan proses program pencegahan.

4.    Konseling Developmental

Tipe konseling ini terfokus pada membantu para klien mencapai pertumbuhan pribadi yang positif dalam berbagai tahap kehidupan mereka.

Kemudian ada tipe-tipe konseling lainnya yaitu:

1.    Konseling Individual

Konseling individual atau disebut juga konseling perorangan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh konselor kepada konseli yang sedang mengalami suatu masalah, yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli. Layanan konseling individual dilakukan melalui kegiatan tatap muka (face to face) antara konselor dengan konseli, yang terjalin dalam bentuk hubungan professional yang khas. Tujuan dan fungsi utama dari layanan konseling individual adalah teratasinya masalah yang diderita konseli, mencakup: bidang pribadi, bidang social, bidang karier dan bidang belajar.

Hubungan konselor-konseli dibangun atas dasar saling percaya diantara kedua belah pihak, dengan mengedepankan asas confidential (kerahasiaan) atas segala data tentang konseli yang terungkap dalam proses konseling. Proses konseling individual dilakukan mengacu pada berbagai teori, prosedur, tahapan dan teknik tertentu, baik yang bersifat umum maupun khusus.

2.    Konseling Kelompok

Konseling kelompok (group counseling) merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, member umpan balik (feedback) dan pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam prosesnya menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok (group dynamic).

Pendekatan-pendekatan kelompok tersebut dapat dibedakan menurut jenisnya, sebagai berikut :

1.      Psikoterapi Kelompok

Psikoterapi kelompok merupakan bantuan yang diberikan oleh psikoterapis terhadap klien untuk mengatasi disfungsi kepribadian dan interpersonalnya dengan menggunakan interaksi emosional dalam kelompok kecil. Karena itu psikoterapi kelompok lebih memfokuskan pada ketidaksadaran, menangani pasien yang mengalami gangguan “neurotik” atau problem emosional berat lain, dan biasanya dilakukan untuk jangka waktu panjang.

2.      Konseling Kelompok

Konseling kelompok merupakan kelompok terapeutik yang dilaksanakan untuk membantu klien mengatasi masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Konseling kelompok umumnya ditekankan untuk proses remedial dan pencapaian fungsi-fungsi secara optimal. Konseling kelompok mengatasi klien dalam keadaan normal, yaitu sedang tidak megalami gangguan fungsi-fungsi kepribadian. Pada umumnya konseling diselenggarakan untuk jangka pendek atau menengah.

3.      Kelompok Latihan dan Pengembangan

Kelompok latihan dan pengembangan merupakan pendidikan kesehatan mental dan bukan kelompok terapeutik. Biasanya digunakan untuk melatih sekelompok orang yang berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan tertentu, misalnya peningkatan keterampilan sosialnya, cara kehidupan kesendirian, menghadapi pensiun dan hari tua, orang tua tanpa patner, dan sebagainya. Tujuannya secara umum bersifat antisipatif dan pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya hambatan jika hal tersebut benar-benar dialami.

4.      Diskusi Kelompok Terfokus

Diskusi kelompok terfokus (focus group discusion) merupakan kegiatan diskusi, tukar pikiran beberapa orang mengenai topic-topik khusus yang telah disepakati oleh anggota kelompok. Topik-topik yang dibicarakan menjadi bahan yang diminati dan disepakati oleh anggota kelompok. Peserta diskusi tidak harus memiliki masalah sebagaimana topic yang dibicarakan, tetapi ada minat untuk berpartisipasi dalam diskusi.

3.    Konseling Rehabilitasi

Konseling rehabilitasi merupakan konseling yang dilakukan terhadap orang-orang yang sedang dalam proses rehabilitasi. Rehabilitasi berarti proses mempercepat sosialisasi atau berfungsi secara wajar dari keadaan sebelumnya, misalnya rehabilitasi setelah bertahun-tahun mengalami perawatan medis, rehabilitasi karena menjalankan hukuman, dan sebagainya.

Konseling rehabilitasi ini juga dimaksudkan membantu klien yang cacat secara fisik, untuk mengembalikan persepsi dan emosi sehingga memandang dirinya secara positif dan dapat berbuat lebih tepat sesuai dengan potensi yang dimiliki.

4.    Konseling Keluarga dan Perkawinan

Konseling yang berkenaan dengan masalah-masalah keluarga, meliputi hubungan antar anggota keluarga (ayah, ibu, anak), peranan dan tanggung jawab masing-masing anggota keluarga. Konseling ini berangkat dari asumsi bahwa semua anggota keluarga terlibat di dalam problem yang dihadapi, karena itu seharusnya kerja sama perlu untuk mendapatkan solusinya. Sebagian para ahli terapi keluarga mempertimbangkan bahwa problem seorang anggota keluarga disebabkan oleh hubungannya dalam keluarga, sementara yang lain melihat problem seorang anggota keluarga sebagai neorotik dari seluruh anggota keluarga.

Konseling perkawinan dan keluarga bermaksud membantu menyelesaikan masalah-masalah psikologis yang dihadapi kedua belah pasangan, sehingga dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga mereka lebih dapat diterima kedua belah pihak dan dapat membangun keluarga secara lebih baik.

Yang perlu diperhatikan oleh konselor, tujuan dalam konseling perkawinan dan keluarga bukan sebagaimana diduga banyak orang yaitu mempertahankan perkawinan, tetapi untuk membantu pasangan atau anggota keluarga belajar perilaku baru dan membuat keputusan yang tepat.

Dalam konseling ini konselor dapat mereferal kliennya ke pihak lain yang dipandang lebih menguasai persoalannya jika masalah yang dihadapi berada di luar kewenangan konselor. Layanan referral ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah secara lebih tepat. Namun demikian, sebagaimana dalam konseling pada umumnya, konseling ini juga memberikan keleluasaan kepada klien untuk membuat keputusan sendiri, sedangkan konselor lebih bertindak sebagai fasilitator.

5.    Konseling Agama

Konseling agama (religion counseling) digunakan untuk membantu klien yang mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan agama, misalnya keragu-raguan akan nilai-nilai agama, kebimbangan dalam mengikuti aliran-aliran keagamaan, terjadinya konflik keyakinan keagamaan dengan pola pemikiran dan sebagainya.

Konseling agama tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi penganut agama lain agar masuk dalam agama yang dianut konselor. Konseling agama biasanya dilakukan terhadap klien yang seagama dengan konselor, dan diselenggarakan untuk membantu orang-orang yang bermasalah keagamaan.

6.    Konseling Pendidikan

Pendidikan merupakan institusi pembinaan anak didik yang memiliki latar belakang social budaya dan psikologis yang beraneka ragam. Dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan banyak anak didik yang menghadapi masalah dan sekaligus mengganggu tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Masalah yang dihadapi sangat beraneka ragam, diantaranya masalah pribadi, sosial, ekonomi, agama dan moral, belajar, dan vokasional.

Masalah-masalah tersebut seringkali menghambat kelancaran proses belajar, meskipun masalah yang dihadapi tidak ada sangkut pautnya dengan kegiatan akademik. Penyelenggara pendidikan, khususnya tenaga pendidikan bertanggung jawab membina anak didiknya sehingga berhasil sebagaimana yang diharapkan, termasuk mereka yang mengalami masalah.

7.    Konseling Psikoanalisis

Sigmund Shlomo Freud, seorang ahli saraf, yang menaruh perhatian pada ketidaksadaran. Kepribadian manusia terbesar berada pada dunia ketidaksadaran dan merupakan sumber energy perilaku manusia yang sangat penting.

Letak keunggulan psikoanalisis dalam konseling menurut Freud adalah sangat efektif untuk menyembuhkan klien/pasien yang hysteria, cemas, obsesi neurosis. Namaun demikian kasus-kasus sehari-hari dapat juga digunakan pendekatan psikoanalisis ini untuk mengatasinya (Hansen, 1982).

Freud mengembangkan sejumlah teori kepribadian. Teori-teori kepribadian yang dikemukakan Freud diantaranya: teori topografi, struktural, genetik, dan dinamika. Keempat macam teori tersebut memiliki relevansi dengan proses konseling psikoanalisis, sehingga dipandang perlu untuk dijelaskan secara garis besarnya sebagai berikut:

Teori topografi merupakan teori psikoanalisis yang menjelaskan tentang kepribadian manusia yang terdiri dari sub-subsistem. Bagi Freud kepribadian itu berhubungan dengan alam kesadaran (awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu :

1.      Alam sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.

2.      Alam prasadar adalah bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang berfungsi mengantarkan ide, ingatan, dan perasaan tersebut ke alam sadar jika kita berusaha mengingatkannya kembali. Alam prasadar ini bukanlah bagian dari alam sadar, tetapi bagian lain yang biasanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyadari sesuatu.

3.      Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan sebagai bagian terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan di dalamnya. Perilaku manusia sebagian besar didorong oleh perasaan dan pikiran yang tersimpan di dalam unconscious ini.

Freud beranggapan bahwa kepribadian manusia tersusun secara structural. Dalam dunia kesadaran (awareness) individu terdapat pada subsistem struktur kepribadian yang berinteraksi secara dinamis. Subsistem itu adalah id, ego dan superego. Teori struktural berarti penjelasan tentang interaksi antara tiga elemen struktur peralatan mental (mental apparatus) yaitu id, ego dan superego (Brenner, 1996).

8.    Konseling Behavior

Dalam pandangan behavioral, kepribadian manusia itu pada hakikatnya adalah perilaku. Perilaku dibentuk berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya berupa interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Tidak ada manusia yang sama, karena kenyataannya manusia memiliki pengalaman yang berbeda dalam kehidupannya. Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diterimanya.

Sesuai dengan namanya, pendekatan konseling ini berangkat dan didasari aliran Behaviorisme yaitu salah satu aliran psikologi yang mengkaji perilaku individu dari setiap aktivitas individu yang dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotetis yang terjadi dalam diri individu. Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan stimulus-stimulus (rangsangan) tertentu dalam lingkungan. Teori-teori yang dikembangkan oleh kelompok behaviorime terutama banyak dihasilkan melalui berbagai eksperimen terhadap binatang, yang kemudian diterapkan untuk manusia untuk kepentingan konseling.

Karakteristik konseling Behavioral adalah:

1.      Berfokus pada perilaku yang tampak dan spesifik.

2.      Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling.

3.      Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah konseli.

4.      Penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.

Konseling behavioral mengasumsikan tentang perilaku bermasalah, sebagai berikut:

1.      Perilaku bermasalah adalah perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negative atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.

2.      Perilaku yang salah hakekatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.

3. Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon perilaku negative dari lingkungannya. Perilaku maladaptif terjadi juga karena kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.

4.    Seluruh perilaku manusia didapat dengan cara belajar dan juga perilaku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar.

 

Tujuan utama konseling Behavioral adalah berusaha menghapus/menghilangkan perilaku maladaptif (masalah) untuk digantikan dengan perilaku baru yaitu perilaku adaptif yang diinginkan konseli. Oleh karena itu, tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik: diinginkan oleh konseli; konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut; konseli dapat mencapai tujuan tersebut; dan dirumuskan secara spesifik. Konselor dan konseli bersama-sama (bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.

9.    Konseling Humanistik

Konseling Humanistik berakar dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti: Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi professional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya. Humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan.

Dalam hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari humanistik, yaitu:

1.      Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen

2.      Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya

3.      Manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain

4.      Menusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya

5.      Manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas.

Tipe-Tipe Terapi

1.    Terapi Gestalt

Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Federick Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan. Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada apa dan bagaimana-nya tingkah laku dan pengalaman di sini-dan-sekarang dengan memedukan (mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tak diketahui.

Asumsi dasar terapi Gestalt adalah bahwa individu-individu mampu mengangni sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama terapis disini adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya di sini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang. Mereka membuat penafsiran-penafsirannya sendiri, menciptakan pertanyaan-pertanyaannya sendiri, menciptakan pertanyaan-pertanyaannya sendiri, dan menemukan makna-maknanya sendiri. Akhirnya klien didorong untuk langsung mengalami perjuangan di sini dan sekarang terhadap urusan yang tak selesai di masa lampau. Dengan mengalami konflik-konflik meskipun hanya membicarakannya, klien lambat laun bisa memperluas kesadarannya.

2.    Terapi Rasional-Emotif

Albert Ellis terkenal sebagai pemikir dan pencetus rasional emotif terapi. Terapi rasional emotif (TRE) adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualisasikan diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan secara tak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme, dan mencela diri, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri.

Terapi rasional emotif menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakat. Manusia dilahirkan dengan kecenderungan untuk mendesakkan pemenuhan keinginan-keinginan, tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Jika tidak segera mencapai apa yang diinginkannya, manusia mempersalahkan dirinya sendiri ataupun orang lain.

TRE menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara stimulan. Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan- perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang spesifik.

Menurut Allbert Ellis, manusia bukanlah makhluk yang sepenuhnya ditentukan secara biologis dan didorong oleh naluri-naluri. Ia melihat individu sebagai makhluk unik dan memiliki kekuatan untuk memahami keterbatasan-keterbatasan, untuk mengubah pandangan-pandangan dan nilai-nilai dasar yang telah diintroyeksikannya secara tidak kritis pada masa kanak-kanak, dan untuk mengatasi kecenderungan-kecenderungan menolak diri sendiri. Sebagai akibatnya, mereka akan bertingkah laku berbeda dengan cara mereka bertingkah laku di masa lampau. Jadi, karena bisa berpikir dan bertindak sampai menjadikan dirinya berubah, mereka bukan korban-korban pengkondisian masa lampau yang pasif.

Tujuan dari Rational Emotive Theory adalah:

1.      Memperbaiki dan mengubah segala perilaku yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.

2.      Menghilangkan gangguan emosional yang merusak

3.      Untuk membangun Self Interest, Self Direction, Tolerance, Acceptance of Uncertainty, Fleksibel, Commitment, Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self Acceptance Klien.

 

3.    Terapi Realitas

Pendekatan realitas dikembangkan oleh William Glasser, seorang psikolog dari California. Glasser menggunakan istilah reality therapy pada April 1964 pada manuskrip yang berjudul reality therapy : A Realistic Approach to the Young Offender. Tulisan tersebut diterbitkan pada tahun 1965 dengan judul Reality Therapy. Pada tahun 1968 Glasser mendirikan  the Institute for Reality Therapy di Los Angeles.

Dalam pendekatan ini, konselor bertindak aktif, direktif, dan didaktik. Konselor berperan sebagai guru dan sebagai model bagi konseling.disamping itu konselor juga membuat kontrak dengan konseli untuk mengubah perilakunya. Ciri yang sangat khas dari pendekatan ini adalah tidak terpaku pada kejadian-kejadian di masa lalu, tetapi lebih mendorong konseli untuk menghadapi realitas. Pendekatan ini juga tidak memberi perhatian pada motif-motif bawah sadar sebagaimana pandangan kaum psikoanalis. Akan tetapi, lebih menekankan pada pengubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab dengan merencanakan dan melakukan tindakan-tindakan tersebut.

Ciri-ciri terapi realitas :

a.    Terapi realitas menolak konsep tentang penyakit mental.

b.    Terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada perasaan-perasaan dan sikap-sikap.

c.    Terapi realitas berfokus pada saat sekarang bukan pada masa lampau.

d.   Terapi realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai.

e.    Terapi realitas tidak menekankan transferensi.

f.     Terapi realitas menekankan aspek-aspek kesadaran bukan aspek-aspek ketidaksadaran.

g.    Terapi realitas menghapus hukuman.

h.    Terapi realitas menekankan tanggung jawab pada diri individu.

 

Layanan konseling ini bertujuan membantu konseli mencapai identitas berhasil. Konseli yang mengetahui identitasnya, akan mengetahui langkah-langkah apa yang akan ia lakukan di masa yang akan datang dengan segala konsekuensinya. Bersama-sama konselor, konseli dihadapkan kembali pada kenyataan hidup, sehingga dapat memahami dan mampu menghadapi realitas.

Tugas dasar dari konselor atau terapis adalah melibatkan diri dengan konseli dan kemudian membuatnya menghadapi kenyataan. Glasser (1965) merasa bahwa, konselor menghadapi para konseli, dia memaksa mereka itu untuk memutuskan apakah mereka akan atau tidak akan menempuh “jalan yang bertanggung jawab”. Konselor tidak membuat pertimbangan-pertimbangan nilai dan putusan-putusan bagi para konseli, sebab tindakan demikian akan menyingkirkan tanggung jawab yang mereka miliki.Tugas konselor adalah bertindak sebagai pembimbing yang membantu konseli agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis.

Konselor diharapkan memberi pujian apabila para konseli bertindak dengan cara yang bertanggung jawab dan menunjukkan ketidaksetujuan apabila mereka tidak bertindak demikian. Para konseli membutuhkan tipe penilaian semacam itu.

 

 

Sumber

Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM Press, 2011)

Corey, G. 2005. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Refika Aditama

Pangesti, Laura.2019.Macam-Macam Konseling.Dictio Comunity

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Faktor Penghambat dan Pendukung Keberhasilan Konseling dan Psikoterapi

  dictiocomunity Haloo teman-teman... Setelah membahas Dasar-Dasar Konseling dan Psikoterapi, selanjutnya kita akan membahas tentang Faktor Penghambat dan Pendukung   Keberhasilan Konseling dan Psikoterapi. Dalam proses Konseling dan Psikoterapi pasti akan ada hal yang menghambat dan melancarkan proses Konseling dan Psikoterapi. Apa aja faktor tersebut? langsung saja kita bahas di bawah ini 1.   Faktor Pendukung Keberhasilan Konseling Latipun (2001) meninjau faktor penunjang keberhasilan konseling menjadi lima sudut pandang. Berikut ini adalah tabel penjelasannya : a.        Faktor yang berhubungan dengan gangguan -    Jenis gangguan atau masalah , menentukan seberapa besar tingkat kesulitan yang akan dihadapi oleh konselor. -    Bobot permasalahan, masalah yang kompleks dapat memengaruhi hasil konseling. -    Konseling sebelumnya, konseli yang sudah pernah menjalani konseling sebelumnya pada kons...

Pendekatan-Pendekatan Konseling dan Psikoterapi

Dalam melakukan proses konseling dan psikoterapi terdapat pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan oleh konselor kepada konseli, apa aja sih pendekatan-pendekatan itu ? Mari kita bahas dibawah...... 1.   Pendekatan Behavior Dictio Comunity Konseling behavioral ini dikembangkan atas reaksi terhadap pendekatan psikoanalisis dan aliran-aliran Freudian (Rachman, 1963). Rachman mengemukakan bahwa teknik asosiasi bebas, analisis transferensi dan teknik-teknik analisis sebagaimana yang diterapkan psikoanalisis tidak banyak membantu mengatasi masalah perilaku klien. Tujuan Konseling Correy (1977) dan George dan Cristiani (1990) mengemukakan bahwa konseling behavioral itu memiliki ciri – ciri sebagai berikut : 1.     Berfikus pada perilaku yang tampak dan spesifik. 2.     Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan terapeutik. 3.     Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien. 4.     Penaksiran objekti...