Kali ini kita saya membahas tentang
dasar-dasar konseling dan psikoterapi, seperti pengertian, persamaan,
perbedaan, dan lainnya. Mungkin banyak orang diluar sana yang belum tau apa sih
Konseling dan Psikoterapi itu ?
Pengertian
Konseling
Konseling merupakan suatu
proses bantuan secara professional antara konselor dan klien atau
konseli yang bertujuan untuk membantu individu dalam memecahkan masalahnya
(yang masih bersifat normal) agar individu dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya sesuai potensi atau kemampuan yang ada pada dirinya.
Ciri-Ciri Konseling
1. Konseling menuntut dilaksanakannya oleh seorang konselor yang
professional, kompeten dalam menangani berbagai macam konflik,
kecemasan, atau masalah yang berkaitan dengan keputusan pribadi, social,
karier, pendidikan.
2. Konseling melibatkan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi
dengan jalan mengadakan komunikasi langsung atau tidak langsung.
3. Konseling tidak harus verbal, interaksi dalam konseling dapat dilakukan
pula secara non verbal.
4. Tujuan dari proses konseling adalah adanya perubahan tingkah laku klien.
5. Konseling adalah proses yang dinamis.
6.
Konseling didasari atas penerimaan
konselor yang wajar terhadap klien.
Tahap-Tahap
Proses Konseling
Hubungan antara konselor dan klien
merupakan inti proses konseling oleh karena itu para konselor hendaknya
menguasai berbagai teknik dalam menciptakan hubungan. Untuk melakukan
konseling, tentunya ada serangkaian tahap-tahap yang harus dilakuakan, hal ini
akan mempermudah konselor dalam menggali permasalahan klien guna
terselesaikannya masalah klien. Tahap-tahap tersebut antara lain:
1. Teknik
Pembukaan
Yaitu usaha konselor untuk
mengantarkan klien dalam memasuki proses konseling. Dalam teknik pembukaan ini
konselor memberikan penjelasan kepada klien tentang konseling, tujuan,
asas-asas, manfaat serta hal lain yang berhubungan dengan proses konseling
2. Teknik
Hubungan Releksi
Refleksi perasaan merupakan suatu
usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap
yang esensial (perlu). Refleksi ini merupakan teknik penengah yang bermanfaat
untuk digunakan setelah hubungan permulaan dibuat dan sebelum pemberian informasi
dan tahap interpretasi dimulai. Perasaan-perasaan yang diekspresikan dapat
dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu yang positif, negative, dan ambivalen.
3. Teknik
Penerimaan dan Perstrukturan
Teknik penerimaan merupakan cara
bagaimana konselor melakukan tindakan agar klien merasa diterima dalam proses
konseling. Dalam teknik penerimaan, ada tiga unsur yaitu: 1) ekspresi air muka,
2) tekanan suara, 3) jarak dan perawakan.
Teknik penstrukturan (structuring) adalah proses menetapkan
batasan oleh konselor tentang hakekat, batasan-batasan dan tujuan proses
konseling pada umumnya, dan hubungan tertentu pada khususnya. Struktur
konseling mempunyai dua unsur yaitu, 1. Unsur implisit, dimana peranan konselor
yang secara umum diketahui klien, dan 2. struktur yang formal berupa pernyataan
konselor untukmenjelaskan dan membatasi proses konseling.
4. Teknik
Mendengarkan
Mendengarkan secara aktif dan
tepat sangat penting dan merupakan dasar bagi selama wawancara berlangsung,
lebih-lebih pada saat permulaan ketika konselor biasanya mengambil bagian
secara verbal. Kegiatan ini menghendaki agar konselor lebih banyak diam dan menggunakan
semua indranya untuk menangkap semua pesan.
5. Teknik
Mengarahkan
Di sini konselor lebih
berinisiatif dari pada klien. Dengan memberikan pengarahan, secara tidak
langsung konselor mengetahui apa yang harus dilakukan. Pemberian pengarahan
hanya dilakukan bila mana konselor benar-benar telah memahami keadaan dan
kebutuhan klien. Nilai dari upaya pemberian pengarahan tidaklah mudah, konselor
harus menentukan kapan cara ini tepat dilakukan, dan cara mana yang sebaiknya
dipakai.
6. Teknik
Mengakhiri Proses Konseling
Mengakhiri wawancara, dapat
dilakukan dengan cara : 1. Mengatakan bahwa waktu sudah habis, 2. Merangkum isi
pembicaraan, 3. Merangkum adalah proses menyatukan semua yang dikomunikasikan
selama proses konseling dengan menggunakank ata-kata yang mudah dimengerti oleh
klien. 4. Menunjukan pada pertemuan yang akan datang dengan
menanyakan “apa yang akan anda lakukan?”, 5. Membuat catatan singkat, 6.Membuat catatan merupakan usaha sederhana tetapi sangat pentingkarena kegiatan ini mempunyai andil yang sangat besar dalamrencana pengubahan tingkah laku yang perlu dirubah, 7. Memberikan tugas-tugas tertentu, 8. Mendoakan klien semoga tetap bahagia, 9. Berdiri, 10. Perpisahan dengan berjabatan tangan.
Pengertian Psikoterapi
Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu “Psyche” yang artinya jiwa, pikiran, mental dan “Therapy” yang artinya penyembuhan,
pengobatan, perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah
terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.
Secara umum psikoterapi adalah
serangkaian metode berdasarkan ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi
gangguan kejiwaan atau mental seseorang terjadi interaksi antara terapis dan
pasien untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran, dan
perasaan pasien agar membantu pasien mengatasi tingkah laku abnormal dan
memechakan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai
seorang individu.
Ciri-Ciri Psikoterapi
1. Proses: interaksi sistematis antara
dua pihak; formal, professional, legal, dan menganut kode etik psikoterapi
2. Tujuan: untuk mengubah kondisi
psikologis seseorang, mengatasi permasalahan psikologis, atau meningkatkan
potensi psikologis yang sudah ada (afektif, kognitif, perilaku).
3. Tindakan: seorang
psikoterapis melakukan tindakan yang sesuai dengan ilmu psikologi modern yang
sudah teruji efektivitasnya (data yang diperoleh melalui assessment, interview,
observasi, dsb.). menggunakan prinsip – prinsip penelitian serta menyusun
interaksi teraupetik.
4. Tingkah laku, pikiran, dan perasaan: diarahkan
pada salah satu atau semua cirri dari fungsi psikologis ini.
5.
Tingkah laku abnormal, memecahkan
masalah, dan perkembangan pribadi, ada tiga kelompok klien yang dibantu
oleh psikoterapi :
1. Orang –orang yang mengalami masalah tingkah laku abnormal, seperti : schizophrenia, anxiety, mal-adjustment, dsb.
2. Orang – orang yang meminta bantuan untuk menangani hubungan yang
bermasalah atau masalah pribadi yang tidak cukup berat tetapi dianggap
abnormal.
3. Orang – orang yang mencari psikoterapi karena dianggap sebagai sarana
perkembangan kepribadian.
6. Membutuhkan interaksi verbal: tidak
seperti konseling, bagaimanapun juga psikoterapi membutuhkan pembicaraan antara
psikoterapis dan klien. Akan tetapi terapis juga harus peka akan komunikasi non
verbal yang disampaikan oleh klien.
Tahap-Tahap
Proses Psikoterapi
1. Wawancara
Dalam tahap ini perlu dikemukakan:
1. Aturan-aturan apa saja yang perlu diketahui oleh klien, 2. Apa yang akan
dilakukan oleh terapis, 3. Apa yang diharapkan klien, 4. Adanya persekutuan
antara klien dengan terapis untuk melawan masalah yang dihadapi klien, 5. Perlu
dibina rapport, yaitu hubungan yang menimbulkan keyakinan dan kepercayaan klien
bahwa ia akan dapat ditolong.Tanpa ini klien akan lari sebelum mulai. Terapi
tidak akan berjalan seperti yang diharapkan, 6. Perlu dikembangkan komitmen
klien untuk menjalankan perannya sebagai klien, 7. Kontrak terapeutik, perlu
pula dikemukakan, 8. Persetujuan antara tugas klien dan tugas terapis kapan dan
dimana terapi dilakukan dan berapa lama, 9. Kemukakan tujuan yang akan dicapai
oleh klien dalam terapi. Apa yang dapat dijanjikan terapis dan apa yang dapat diharapkan
oleh klien, 10. Untuk menyakinkan klien perlu dikemukakan keberhasilan
yangtelah dialami terapis untuk kasus-kasus yang sama. Atau dapat dikemukakan
hasil penelitian tentang efektivitas pendekatan yang digunakan terapis.
Tugas terapis adalah memberikan
perhatian penuh dan mendengarkan dengan seksama apa yang diungkapkan oleh
klien. Tugas klien adalah menceritakan semuanya pada terapis.
2. Proses
Terapi
Supaya terjadi komunikasi yang
mengalir dengan baik perlu dilakukan: 1. Mengkaji pengalaman klien, 2. Menggali
pengalaman masa lalu, 3. Mengkaji hubungan antara terapis dank lien saat ini
dan di sini, 4. Melakukan pengenalan, jenjelasan, dan pengartian perasaan dan arti-arti
pribadi pengalaman klien.
3. Tindakan
Proses Terapi
Tahap ini dilakukan pada saat
menjelang terapi berakhir. Hal-halyang perlu dilakukan terapis dan klien, yaitu
: 1. Terapis mengkaji bersama klien tentang apa yang telah dipelajariklien
selama terapi berlangsung, 2. Apa yang telah diketahui klien akan diterapkan
dalamkehidupannya nanti.
4. Mengakhiri
Terapi
Terapi dapat diakhiri kalau tujuan
telah tercapai. Atau apabila klien tidak melanjutkan terapi. Demikian juga
terapis dapat mengakhiri terapi kalau ia tidak dapat lagi menolong kliennya, ia
mungkin dirujuk. Klien harus diberitahu beberapa waktu sebelum pengakhiran
terapi, hal ini penting karena klien akan menghadapi lingkungannya nanti
sendiri tanpa bantuan terapis. Ketergantungannya kepada terapis selama ini
sedikit-sedikit harus dihilangkan dengan menumbuhkan kemandirian klien
Persamaan Konseling dan
Psikoterapi
a. Konseling dan psikoterapi merupakan
suatu usaha professional untuk membantu memberikan pelayanan pada
individu mengenai permasalahan psikologis (Rogers, 1942)..
b.
Konseling dan psikoterapi bertujuan
untuk memberikan bantuan kepada klien untuk suatu perubahan tingkah laku (behavioural change), kesehatan mental
positif (positive mental health), pemecahan
masalah (problem solving),
keefektifan pribadi (personal
effectiveness), dan pembuatan keputusan (decision
making).
c. Konseling dan psikoterapi membantu
dan memberikan perubahan, perbaikan kepada klien (eksplorasi diri, pemahaman
diri, dan perubahan tingkah laku) agar klien dapat menjalani hidup dan
kehidupannya dengan sehat dan normal. Keduanya menekankan pentingnya
perkembangan dalam pembuatan keputusan dan keterampilan membuat perencanaan
oleh klien.
Keakraban hubungan antara klien dan
psikoterapis/konselor disepakati sebagai suatu bagian integral dalam proses
psikoterapi maupun konseling (Mappiare,2002)
d.
Konseling dan psikoterapi merupakan
bantuan dengan mencoba menghilangkan usaha self-defeating
(tingkah laku merusak diri) pada klien.
Perbedaan Konseling dan
Psikoterapi
1. Koseling untuk memberikan bantuan psikologis. Sedangkan
Psikoterapi lebih memberi bantuan ke kondisi psikis.
2. Konseling ditangani oleh Konselor dan kliennya disebut
Konseli. Sedangkan untuk Psikoterapi ditangani oleh terapis (ahli kejiwaan) dan
kliennya merupakan individu yang mempunyai gangguan jiwa.
3.
Konseling lebih mengarah pada penyebab atau awal masalah.
Selanjutnya konseling lebih mengarah pada pengembanganpendidikan-pencegahan.
Berbeda dengan psikoterapi yang mengarah penyembuhan-penyesuaian-penyembuhan.
4. Dalam proses Konseling, wawancara adalah alat utama.
Wawancara digunakan untuk menggali alasan/masalah yang sedang dihadapi oleh
Konseli. Konselor dapat memberikan kekuatan positif dan memberikan support
kepada Konseli. Sedangkan Psikoterapi, mengatasi kelemahan individu dengan
beberapa cara praktis seperti pembedahan psikis (psycho-surgery) dan pembedahan otak (pola pikir). Psikoterapi
merupakan proses pengobatan dan penyembuhan terhadap perilaku-perilaku yang
menyimpang (Mappiare,2002).
Referensi
Lubis, DR. Namora Lumongga, M.Sc. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik Edisi Pertama.
Jakarta: Kencana.
Corey, G. 2005. Teori
dan Praktik
Konseling dan Psikoterapi. Jakarta:
Refika Aditama
Latipun. 2003. Psikologi
Konseling Edisi Ketiga. Malang: UPT
Penerbitan Universitas Muhammadiyah.
Lesmana, Jeanette, Murad. 2005. Dasar – Dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Briliani
Monika, dkk. 2018. Konsep Konseling dan
Psikoterapi. Pemalang: Universitas Pancasakti Tegal.
Prayitno
dan Erman Amti. 2004. Dasar – Dasar
Bimbingan Konseling. Cetakan Kedua.

Komentar
Posting Komentar